Permainan Tradisional Unik Sekaligus Olahraga dan Pendidikan Karakter yang Kini Nestapa.

 


Perkembangan teknologi dan perubahan jaman, secara tidak langsung menggerus dan melenyapkan beberapa hal unik yang dulunya eksis di sekitar kita. Contohnya permainan tradisional.  Dulu, di Sembiran (mungkin juga ada di seluruh Bali) berbagai jenis permainan yang diciptakan oleh orang tua kita seperti Teglek-teglekan, Meong-meongan, Dut/Guli, Raja-rajayan, Tajog, Angkeb-angkeban, Cingklak, Congklak, Juk-jukan lawat,  Mentet karet, Cetik/Setik dll. Saat ini perkembangan teknologi yang pesat, lambat laun telah menenggelamkan keberadaan permainan tradisional di kalangan anak-anak Sembiran dan Bali pada umumnya.

Pernah penulis bertanya kepada adik adik yang saat ini usianya 10 sampai 15 tahun, apakah tau dan pernah memainkan permainan tradisional tersebut, dan 90 % mereka menjawab tidak sempat mengenal permainan tradisional dan hanya memainkannya sekali dua kali saja, padahal permainan tradisional merupakan salah satu cermin budaya yang jika dilestarikan akan mampu menjadi salah satu daya tarik wisata bagi turis mancanegara selain alam dan ritualnya.

Secara eksplisit, para orang tua jaman dulu menciptakan jenis permainan tersebut bukan tanpa alasan. Dari permainan tradisional tersebut diajarkan kemandirian, menghilangkan rasa egoisme, kerjasama, gotong royong, rasa memiliki, persatuan dan saling berbagi serta patuh pada aturan. Selain sebagai media hiburan dikala waktu senggang dan mengasah keterampilan serta secara tidak langsung sebagai sarana olahraga murah meriah.

Raja Rajayan contohnya ( di Bali, umumnya disebut Me Gala galaan) permainan ini dilakukan oleh 2 regu dengan jumlah anggota yang sama. Regu perintang dan regu yang harus melewati rintangan dengan garis yang melintang. Cara bermainnya adalah melewati rintangan tanpa tersentuh dengan berbagai trik dan cara dan tentunya dengan sistem kerjasama yang baik.

Ambruk dan lenyapnya permainan tradisional di Bali khususnya desa Sembiran, tak sekedar disebabkan karena pergeseran jaman dan teknologi, tapi lebih kepada kurangnya pengenalan dan aktifitas langsung terkait permainan tersebut. Justru saat ini, penggunaan gadget atau teknologi dijadikan "baby sitter" dan obat mujarab agar sang anak tidak rewel yang sejatinya secara tidak langsung, kita sengaja membentuk karakter, mental dan fisik anak anak kita. Bahkan, orang tua pun saat ini lebih banyak diam di rumah dengan gadget masing masing dan jarang untuk mengajak anak anak keluar rumah bersama dan bermain.

Saat ini, berbagai permainan berteknologi tinggi lebih akrab dengan anak-anak kita, yang secara langsung membentuk pribadi-pribadi yang cenderung individual dan berpikir instan. Hal itu dikarenakan tidak adanya komunikasi, interaksi dan emosi antara anak yang satu dengan yang lainnya yang justru kebalikannya, anak anak kita saat ini cenderung egois karena jenis permainan yang berkompetisi dengan mesin ketimbang kompetisi dengan teman temannya.

Dampaknya, anak-anak kita saat ini hanya dengan diam dirumah sudah bisa bermain tanpa perlu teman. Cukup berbekal Handphone, ratusan bahkan ribuan permainan sudah disediakan. Akibatnya, jumlah interkasi dari hati ke hati sangat berkurang. Bahkan saat berkumpul bersama pun, tidak muncul adanya interkasi yang signifikan karena sibuk dengan handphone masing masing. Sehingga muncul istilah " yang dekat menjauh, yang jauh semakin jauh".

Kini, semua dikembalikan ke hati masing masing. Jika memang dirasa permainan tradisional itu adalah permainan usang, jadul dan konvensional, maka generasi kita hanya akan menjadi generasi kenangan. Dimana dulu rasa kebersamaan, persatuan, tanggung jawab, patuh dan taat serta rasa gotong royong saat bermain tinggal slogan. Jaman memang berubah, teknologi juga semakin berkembang, namun sudah kewajibam kita untuk menjaga dan melestarikan apa yang menjadi warisan leluhur yang salah satunya adalah permainan tradisional.

Mari, sisakan waktu kita di setiap sore hari untuk mengajak anak anak kita ke luar rumah. Bermain Teglek teglekan, bermain Dut (Guli) atau sekedar bermain umah umahan. Mari lebihkan waktu kita untuk lebih sering bercerita Satua Bali tentang I Bawang dan I Kesuna dan bermain dengan anak anak kita. Karena selain sebagai orang tua, kita juga adalah penanggung jawab dari warisan leluhur yang wajib kita lestarikan dan turunkan kepada anak anak kita, karena permainan tradisional mengajarkan kita dan anak-anak kita untuk selalu patuh pada aturan (hukum), tidak egois, menjalin hubungan baik dengan sesama teman, kerjasama, persatuan, gotong royong dan peka secara emosional serta membentuk karakter dan mental pejuang untuk menang tanpa curang dan fisik yang kuat serta melatih kemampuan agar kuat menghadapi masalah dan persaingan.

Salam rahayu

Komentar

Postingan populer dari blog ini