Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2023

Permainan Tradisional Unik Sekaligus Olahraga dan Pendidikan Karakter yang Kini Nestapa.

  Perkembangan teknologi dan perubahan jaman, secara tidak langsung menggerus dan melenyapkan beberapa hal unik yang dulunya eksis di sekitar kita. Contohnya permainan tradisional.  Dulu, di Sembiran (mungkin juga ada di seluruh Bali) berbagai jenis permainan yang diciptakan oleh orang tua kita seperti Teglek-teglekan, Meong-meongan, Dut/Guli, Raja-rajayan, Tajog, Angkeb-angkeban, Cingklak, Congklak, Juk-jukan lawat,  Mentet karet, Cetik/Setik dll. Saat ini perkembangan teknologi yang pesat, lambat laun telah menenggelamkan keberadaan permainan tradisional di kalangan anak-anak Sembiran dan Bali pada umumnya. Pernah penulis bertanya kepada adik adik yang saat ini usianya 10 sampai 15 tahun, apakah tau dan pernah memainkan permainan tradisional tersebut, dan 90 % mereka menjawab tidak sempat mengenal permainan tradisional dan hanya memainkannya sekali dua kali saja, padahal permainan tradisional merupakan salah satu cermin budaya yang jika dilestarikan akan mampu menjadi salah satu day
  SEMBIRAN DAN FILOSOFI SEGITIGA Jika dilihat dari atas, maka kesan bentuk segitiga menyeruak diantara rumah rumah dan pemukiman area Desa Sembiran. Pun dengan relief yang ada di Pura Jugan dan Pura Cungkub ditemukan banyak bentuk segitiga, selain relief dengan narasi tokoh yang disucikan. B entuk segitiga pada relief naratif di Pura Jugan dan Pura Cungkub disinyalir merupakan simbolisasi gunung yang merupakan perwujudan padmasana. Relief narasi di Pura Jugan menampilkan kisah Dewa Wisnu, Dewa Indra dan Rsi Duwarsa melalui ikon dewa yang sedang menunggangi gajah, Dewa yang sedang duduk di atas teratai, seorang pendeta dan beberapa perempuan di sekitarnya. Sedangkan narasi relief di Pura Cungkub menampilkan adegan interaksi antara ikon Hanoman, Sugriwa/Subali, dan Tualen. Selain itu, bentuk segitiga juga diimplementasikan dalam bentuk Canang khas Desa Sembiran yang disebut "canang icak icuk". Kata “Canang” berasal dari bahasa Jawa Kuno atau bahasa Kawi yang berarti sirih, y